Dari manakah kita memulai Islam (berdinul Islam)…?

Pertanyaan di atas sekillas sederhana tetapi tidak sesederhana untuk menjawabnya. Contoh sederhana, banyak orang-orang yang mengaku Muslim tetapi perbuatannya tidak mencerminkan seorang Muslim. Di KTP mengaku Islam tetapi sehari-hari tidak shalat, minum khamar, main judi dan sejenisnya. Itu sebabnya dari manakah seseorang untuk memulai keislamannya…?

Rasulullah SAW dalam Hadits Riwayat Muslimnya pada kitab hadits arba’in yang isinya tentang pokok-pokok diin yakni Iman, Islam dan Ihsan.

Dari Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra. bahwa pada suatu hari ketika Rasulallah Saw. dan para sahabat sedang duduk bersama muncullah seorang laki-laki berpakaian putih bersih, berambut hitam kelam, tidak tampak padanya tanda-tanda habis bepergian jauh dan tak seorangpun diantara para sahabat mengenalnya. Lalu dia duduk mendekat pada Rasulallah Saw. dengan menempelkan lututnya pada lutut Rasul, kemudian meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Rasul dan berkata, “ Wahai Muhammad, beritahu aku tentang Islam.”
Rasulallah Saw. bersabda, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Swt. dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bila mampu melaksanakan perjalanan ke sana.”
Orang itu berkata, “Engkau benar.” Para sahabat heran padanya, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahu aku tentang iman.”
Rasulallah Saw. bersabda, “Iman adalah percaya kepada Allah, percaya para malaikatNya, percaya kitab-kitabNya, percaya rasul-rasulNya, percaya hari akhir dan percaya pada takdirNya yang baik maupun yang buruk.”
Orang itu berkata,“Engkau benar.” Orang itu berkata lagi,“Beritahu aku tentang ihsan.”
Rasulallah Saw. bersabda, ”Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu.”
Orang itu berkata, “Beritahu aku tentang hari kiamat.”
Rasulallah Saw. bersabda, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”
Orang itu berkata lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.”
Rasulallah Saw. bersabda, “Bila budak wanita telah melahirkan tuannya dan bila engkau melihat orang-orang yang dulunya tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan pekerjaannya menggembala kambing telah berlomba-lomba mendirikan bangunan.”
Kemudian orang itu pergi dan para sahabat terdiam.
Sesaat kemudian Rasulallah Saw. bersabda, “Wahai Umar, tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?”
Umarpun menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.”
Rasulallah Saw. bersabda, “Dia adalah malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan agamamu.”


Hadits diatas mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah).

Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa pokok-pokok diin (arkanud diin) ada 3 yaitu Iman, Islam dan Ihsan.

1. Iman yang benar dapat dihasilkan dari aqidah yang benar dan aqidah yang benar dapat dihasilkan dari ilmu yang benar.
2. Islam yang benar dapat dihasilkan dari Ibadah yang benar dan Ibadah yang benar dapat dihasilkan dari ‘amal yang benar.
3. Ihsan yang benar dapat dihasilkan dari Mu’amalah yang benar dan Mu’amalah yang benar berasal dari hasil yang benar.

Inilah urutan mempelajari Islam yang digambarkan/ diumpamakan Allah dalam surat Ibrahim (14) ayat 24-25

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buah pada setiap musim dengan seizing robbnya, Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat ”. (QS. 14:24-25)

Jadi startnya harus dari urutannya.

Ilmu –> Aqidah –> Iman –> sebagai Akar
Amal –>Ibadah –> Islam –> Sebagai Batang
Hasil –> Mu’amalah –> Ihsan –> Buah

Karena dimulai dari ilmu yang benar maka timbul pemahaman aqidah yang benar sehingga menghasilkan keimanan yang benar, tidak mudah terombang-ambing atau tidak mudah terjual imannya. Ibaratnya seperti akar pohon yang teguh dan kokoh sehingga pohon tersebut tidak mudah tumbang.

Dari keimanan yang benar maka selanjutnya dibuktikan dengan ‘amal yang benar sehingga ibadahnya pun benar dan terlihatlah Islam yang benar. Ibaratnya seperti batang/cabang yang terus tumbuh sampai menjulang ke langit.

Karena dari keislaman yang benar maka akan didapat hasil yang baik. Dalam bermu’amalah dengan siapapun atau dengan alam sekitarnya akan senantiasa baik dan terpelihara dan itulah Ihsan yang benar. Ibaratnya seperti pohon yang selalu menghasilkan buah pada setiap musimnya bahkan menghasilkan buah setiap saat (seperti pohon kelapa).

Fenomena yang ada, orang memulai berdienul Islam dari Ibadah tanpa didasari Aqidah maka tidak akan membuahkan mu’amalah. Kebanyakan di negeri ini orang-orang memulai dari Islam tanpa Iman maka tidak akan timbul Ihsan, atau mulai dari Amal tanpa Ilmu maka tidak ada hasilnya. Hal ini digambarkan oleh oleh Allah dalam surat Ibrahim (14) ayat 26.

“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun”. (QS. 14:26)

Maka mari kita mulai berdienul Islam dari urutannya yakni dari pemahaman Aqidah.

B. Pengertian AQIDAH


1) Aqidah menurut lughoh (bahasa) adalah ikatan (عََقََدَ – يَعْقِدُ – عُقْدَةً)

2) Aqidah menurut Al Quran adalah perjanjian (QS. 5:1), sumpah setia (QS. 4:33), ikatan (QS. 2:237)

3) Sedangkan Aqidah menurut Istilah adalah

اَلْعَقِيْدَةُ هِيَ مَعْرِفَةُ اُصُوْلُ الدِّيْنِ فِى التّوْحِيْدِ ضِدُّ الشِّرْكِ لِمَا تَشَرَّعَ بِهِ اْلانْسَانُ وَاعْتَقََدَهُ

“Aqidah itu adalah pemahaman (ma’rifat) yang kongkrit tentang ushuluddien (asal usul/ dasar-dasar) Dien dalam tauhid yang berlawanan dengan syirik yang dengannya manusia menjadikannya syari’at (ketetapan) dan i‘tikad (keyakinan).

Jadi unsur pembentuk aqidah itu ada 3:

1. Ma’rifat (pemahaman)
2. Syari’at (ketetapan)
3. I’tiqod (keyakinan)

Kita ambil contoh sederhana yakni pemahaman tentang makan. Semua mengetahui bahwa jika tidak makan akan lapar dan jika lapar bisa sakit dan jika sakit lama-lama akan menyebabkan kematian. Berdasarkan pemahaman tentang makan tersebut maka akhirnya timbulah suatu ketetapan (syari’at) bahwa Saya harus makan dan akhirnya itu sudah berubah menjadi keyakinannya (i’tiqod). Itulah kalau sudah menjadi keyakinan, orang-orang rela berangkat pagi buta dan pulang larut malam demi kebutuhan makan. Rela meninggalkan keluarganya di kampung menuju kota demi mencari makan.

Maka jangan heran jika kita mendengar gara-gara uang SERIBU RUPIAH nyawa bisa melayang. Hal itu bukan sepele akan tetapi hal yang penting karena menyangkut makan demi kelangsungan hidupnya.

Sayangnya itu contoh tentang “aqidah makan” yang telah mengkristal. Coba jika kita praktekkan kepada aqidah kepada Allah atau aqidah tauhid sampai mengkristal.

C. JADWAL FIL ‘AQIDAH

Untuk memahami aqidah menurut syara’ yakni diawali dengan pemahaman yang kongkrit tentang ushuluddin maka harus diawali dari pengetahuan pemilik Din tersebut yakni Allah SWT.




Siapakah Allah…?

Allah Adalah Ar Rahman (QS. 55:1-3). Allah Adalah AL ‘Aliim (QS. 59:22, 24)

Apa STATUS dan KEDUDUKAN ALLAH bagi makhluk-Nya (manusia + alam raya)…?

1. RABB = Pengatur/ Pendidik/ Pembina/ Penata (QS. 1:2, 114:1)
2. MALIK = Raja/ Penguasa/ Pemilik (QS. 1:4, 114:2)
3. Ma’bud/ Ilah = Yang diibadati/ pengabdian (QS. 1:5, 114:3)
4.
ALLAH sebagai Rabb maka eksisnya adalah memiliki Rububiyyah (perundangan), konkritnya adalah hukum yaitu AL QURAN
ALLAH sebagai MALIK maka eksisnya adalah memiliki Mulkiyyah (kerajaan/ kekuasaan), konkritnya adalah Dar yaitu AL AKWAN
ALLAH sebagai MA’BUD/ ILAH maka eksisnya adalah memiliki Ubudiyyah (Para pengabdi/ Hamba), konkritnya adalah Jama’ah/Ummat/Masyarakat

Maka perpaduan antara:

1. Rububiyyah + Mulkiyyah + Ubudiyyah/ Uluhiyyah inilah unsur Syar’iah.
2. Hukum + Daar + Jama’ah/ Ummat inilah unsur Ad Dien.



Apa STATUS dan KEDUDUKAN MANUSIA dihadapan Allah… ?

Al Khalifah dimuka bumi (QS. 2:30) dan tugasnya adalah beribadah kepada Allah (QS. 51:56)

KHALIFAH dan RASUL mempunyai tugas yang sama yaitu membawa HUDA (Al Quran) dan DIEN yang HAQ. Sistem yang HAQ untuk di izharkan diatas dien yang lain (Qs. 9:33, 48:28, 61:9).

“Dia-lah yang telah Mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) Petunjuk (Al Quran) dan Diin yang haq untuk dimenangkan-Nya atas segala Diin, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (Qs. 9:33).

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan diin yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua diin. dan cukuplah Allah sebagai saksi”. (QS. 48:28)

0 komentar:

Posting Komentar