Dar hari ke hari makin banyak pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkan kepada saya, termasuk pertanyaan dibawah ini:
Tanya:
Apa perbedaan antara pengertian jiwa kebangsaan yang disebut “ashobiyyah” dengan pengakuan sebagai bangsa?”
Jawab:
Jiwa kebangsaan yang disebut ashobiyah ialah yang mengandung arti cinta terhadap satu bangsa, hanya karena sebangsa dengan dirinya, tanpa memperdulikan salah atau benar. Jadi, orang yang berperang membela kebangsaan (Ashobiyah), artinya bahwa yang menjadi dasar utama bagi dirinya berperangnya itu ialah karena bangsanya sedang berperang dengan bangsa lain, sehingga dirinya berpihak kepada bangsanya itu dengan tidak memperdulikan mana yang salah dan mana yang benar. Dalam arti lain bahwa berperang nya itu bukan karena membela kebenaran (hukum) dari Allah. Pengertiannya, meskipun bangsanya itu dalam posisi yang salah, namun tetap dibela, karena satu bangsa. Sebaliknya, walaupun dalam posisi yang benar (haq), namun karena tidak sebangsa, maka diperanginya. Itulah yang dimaksud “Ashobiyah”.
Maka, pantaslah mereka yang telah berperang mengusir bangsa asing, merasa puas walau hasilnya masih saja hukum-hukum kafir warisan bangsa asing. Hal itulah yang dimaksud oleh hadist mengenai yang mati karena Ashobiyah. Perhatikan sabda Nabi Saw:
“Bukan dari golongan kami siapa saja yang mengajak kepada kebangsaan. Dan bukan pula dari golongan kami orang yang berperang karena kebangsaan. Dan tidak juga termasuk golongan kami yang mati karena kebangsaan.” (HR Abu Daud).
Adapun “pengakuan sebagai bangsa”, yaitu sekedar menyatakan diri sebagai salah satu dari bangsa yang ada. Hal sedemikian merupakan keharusan dengan tujuan menjelaskan. Sebab, tidak benar sebagai Bangsa Indonesia jika mengakukan dirinya Bangsa Belanda atau bangsa lainnya.
Soal pengakuan sebagai bangsa diantara banyak bangsa dijamin keberadaannya. Sebagaimana dikemukakan dalam ayat yang bunyinya:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S.49:13).
Dari ayat di atas itu dimengerti bahwa adanya pengakuan sebagai bangsa supaya bangsa lainnya mengenal, atau bisa saling kenal mengenal adalah suatu kepastian. Dalam ayat itu disebutkan bahwa ukuran yang paling mulia adalah taqwanya kepada Allah. Dengan demikian tidak boleh salah atau benar adalah bangsa sendiri lalu dibela. Kalau asal bangsa sendiri biar salah lalu dibela, maka itulah Ashobiyah.
0 komentar:
Posting Komentar