Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, tentang latar belakang turunnya (asbabun nuzul) Surat Al Mudattsir ayat 18-25.
Walid bin Mughirah adalah seorang pakar dan cendikiawan Qurays yang sangat disegani. Dia adalah salah seorang tokoh utama kaum Quraiys di Makkah. Dia adalah salah seorang hakim masyarakat Arab sebelum Islam yang dibawa Rasulullah SAW datang. Dia adalah salah seorang pemimpin Quraisy di Darun Nadwah ("Lembaga Majelis Permusyawaratan" kalu sekarang MPR). Pendek kata, dia adalah salah seorang tokoh papan atas di kalangan kaum Quraiys.
Ia penasaran mendengar masyarakat membicarakan tentang Muhammad dan ajaran yang dibawanya. Suatu hari, ia datang ke tempat tinggal Nabi, sedang beliau saat tengah melaksanakan shalat dan membaca Al-Qur'an. Maka Walid mendengarkan dengan seksama kalimat demi kalimat apa yang beliau bacakan. Setelah usai, pulanglah Walid menemui kaumnya dari Bani Mahzum.
Walid berkata: "Demi Allah, baru saja aku telah mendengarkan perkataan-perkataan Muhammad. Menurutku itu bukan perkataan manusia biasa dan juga bukan dari Jin. Demi Allah, sungguh perkataannya sangat manis, susunan katanya sangat indah, buahnya sangat lebat dan akarnya sangat subur. Sungguh perkataannya sangat agung dan tidak ada yang mampu menandingi keagungannya".
Sejak itu, orang-orang Qurays ramai membicarakannya dan melaporkannya kepada Abu Jahal. Mereka menyebut bahwa Walid telah keluar dari agamanya, dan pasti akan diikuti oleh orang-orang Qurays lainnya. Setelah mendengar penjelasan mereka, Abu jahal berjanji kepada mereka: "Aku akan membereskannya". Abu Jahal kemudian mendatangi Walid dan duduk disampingnya dengan perasaan penuh kecemasan. Walid berkata: "Mengapa engkau seperti orang ketakutan seperti itu, wahai anak saudaraku?" Abu Jahal menjawab: "Bagaimana saya tidak ketakutan wahai paman, orang-orang Qurays pada mengumpulkan harta benda mereka untuk diberikan kepadamu, karena engkau telah mendatangi Muhammad".
Mendengar hal itu, Walid merasa terhina dan marah. Ia berkata: "Bukankah mereka tahu bahwa aku memiliki harta dan anak-anak lebih banyak dibandingkan mereka semua?" Abu Jahal menjawab: "Jika demikian, sudilah kiranya paman mengatakan tentang Muhammad yang menunjukkan bahwa engkau sebenarnya mengingkari dan membencinya. Sampaikanlah wahai paman sikap itu dihadapan kaummu!"
Walid bersama Abu Jahal kemudian mendatangi tempat orang-orang Qurays berkumpul. Sesampai dihadapan mereka, Walid berkata: "Wahai kaumku, kalian mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Apakah kalian pernah melihat Muhammad berbicara sendiri?" Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah!". Walid melanjutkan: "Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu adalah dukun (kahin). Apakah kalian pernah melihat Muhammad melakukan praktek perdukunan?" Merekapun menjawab: "Tidak pernah!". Walid bertanya lagi: "Kalian mengatakan bahwa yang dikatakan Muhammad itu adalah syair(puisi). Apakah kalian pernah melihat Muhammad membuat syair?" Mereka menjawab: "Juga tidak". Lagi Walid bertanya untuk ke sekian kalinya: "Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu pendusta. Apakah kalian pernah mengetahui Muhammad berdusta?" Mereka juga menjawab: "Demi Allah, tidak pernah sekalipun!". "Lalu, kalau demikian apakah yang diucapkan oleh Muhammad itu?"
Walid terdiam dan kebingungan. Ia minta untuk diberikan kesempatan untuk berfikir dan menyendiri. Beberapa saat kemudian, Walid bin Mughirah kembali dan mengatakan dihadapan kaumnya: "Itu semua tidak lain adalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu!". Bukankah kalian mengatakan bahwa ucapan Muhammad dapat memisahkan seseorang dengan keluarganya, suami dengan istrinya dan orang tua dengan anak-anaknya?"
Note :
Yang dilakukan oleh para cendikiawan dan pembesar Qurays ini merupakan kejahilan besar yang tidak dapat ditolelir. Mereka bukan orang-orang awam yang bodoh, bahkan sesungguhnya mereka orang-orang yang cerdas dan mampu memahami yang benar dari yang salah. Pada dasarnya kaum Qurays itu sebenarnya telah mengenal Allah sebagai Rabb (Pengatur/ Pendidik/ Pembina/ Penata) dan Ma’bud/ Ilah (Yang diibadati/ pengabdian), dan bahkan kaum jahiliyah arab ini selalu melakukan haji di tiap tahunnya karena mereka keturunan millah ibrahim (islam) tetapi mereka menolak menjadikan Allah sebagai MALIK = Raja/ Penguasa/ Pemilik (yang wujud konkritnya dibawa oleh Rasulullah SAW). Merekapun tahu bahwa sesungguhnya Al-qur'an itu adalah kebenaran dari Allah, bukan kata-kata Muhammad; tetapi mereka berpaling dan mengingkarinya. Bahkan mereka mempengaruhi orang lain untuk mengingkarinya, dengan berbagai hujjah yang mereka buat-buat. Mereka sesungguhnya tahu kebenaran tapi tidak mau mengakuinya, mereka orang-orang sesat dan menyesatkan. Maka kelompok ini tidak dapat dimaafkan oleh Allah SWT, sehingga diabadikan pengingkaran serta kesombongan mereka dalam Al-Qur'an, sebagai pelajaran bagi ummat setelahnya.
Lalu kondisi umat islam Indonesia sekarang?
“Sesungguhnya Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing” (HR Muslim).
0 komentar:
Posting Komentar