Belajar Mengenal Ahlul Bait

Berikut ini adalah beberapa hadis Rasulullah SAW tentang ahlul bait :

Keistimewaan ahlul bait

Sabda Rasulullah SAW: "Mengapa ada orang-orang yang mengatakan bahwa hubungan kekerabatan dengan Rasulullah tidak bermanfaat pada hari kiamat? Sungguhlah, kekerabatanku berkesinambungan di dunia dan akhirat"

Sabda Rasulullah SAW: "Bintang-bintang adalah keselamatan bagi penghuni langit, sedang ahlul-baitku keselamatan bagi penghuni bumi"

Ahlul bait adalah bekal dari Rasulullah

Sahih Muslim: Zain bin Arqam berkata Rasulullah bersabda: "Amma badu. Hai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Utusan Tuhanku (Malaikat Maut) hampir tiba dan aku harus memenuhi panggilanNya. Aku tinggalkan pada kalian Ath-thaqalain (dua bekal berat). Yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) , di dalamnya terdapat petunjuk dan cahay terang. Maka amalkan dan berpeganglah padanya". "Dan ahlul-baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku"

Manfaat mencintai ahlul-bait

Hadis riwayat Imam Ahmad bin Hambal:

"Barangsiapa mencitaiku dan mencintai keduanya itu (yakni Al Hassan dan Al-Hussein) serta mencintai ibu dan bapa mereka, yakni Fatimah az-Zahra dan Sayyidina Ali - kemudian ia meninggal dunia sebagai pengikut sunnahku, ia bersamaku di dalam syurga yang sederajat"

"Pada hari kiamat aku akan akan menjadi syafi (penolong) bagi empat golongan. Yang menghormati keturunanku; yang memenuhi keperluan mereka; yang berupaya membantu urusan mereka pada waktu diperlukan dan yang mencintai mereka sepenuh hati"

Wasiat agar umat Islam mencintai ahlul-bait

Hadis riwayat At -Thabarani dan lain-lain: "Belum sempurna keiimanan seorang hamba Allah sebelum kecintannya kepadaku melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri; sebelum kecintannya kepada keturunanku melebihi kecintaannya kepada keturunannya sendiri; sebelum kecintaannya kepada ahli-baitku melebihi kecintaannya kepada keluarganya sendiri, dan sebelum kecintannya kepada zatku melebihi kecintaannya kepada zatnya sendiri".

Ibnu Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Cintailah Allah atas kenikmatannya yang diberikanNya kepadamu sekalian dan cintailah aku dengan mencintai Allah dan cintailah ahlul-baitku karena mencintaiku"

Ad-Dailami meriwayatkan hadis dari Ali RA yang menyebut sabda Rasulullah SAW: "Di antara kalian yang paling mantap berjalan di atas sirath ialah yang paling besasr kecintaannya kepada ahlul-baitku dan para sahabatku"

Siapakah Ahlul Bait

Hadis Al Hakim berasal dari Zaid bin Arqam r.a.,

".. Mereka (ahlul bait) adalah keturunanku, dicipta dari darah dagingku dan dikurniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah orang dari umatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui (pemutusan hubungan dengan) mereka. Kepada orang-orang seperti ini, Allah SWT tidak akan menurunkan syafaatku (pertolonganku)"

Para Imam Ahlul Bait a.s. adalah orang-orang yang telah menda­pat wewenang untuk menyimpan dan menyebarkan hadits-hadits Nabi saww kepada kaum muslimin hingga akhir zaman. Melalui merekalah Allah menjaga dan menyimpan khazanah hikmah Kenabian dan Risalah-Nya yang suci. Beberapa riwayat dari para Imam Ahlul Bait menjelaskan otoritas dan tanggung jawab mereka tersebut.

1. Di dalam tulisan Hasan bin Mahbub dengan sanadnya, ia berkata,”Aku bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ja’far ash-Shadiq) as,”Aku mendengar hadits, tetapi aku tidak tahu apakah dari engkau atau dari ayahmu?”, Imam menjawab,”Apa-apa yang kamu dengar dariku, maka itu semua diriwayatkan dari Rasulullah saww” (Bihar al-Anwar 2 : 161)

2. Dari Jabir dari Imam al-Baqir as, beliau berkata,”Wahai Jabir, sesungguhnya seandainya kami menyampaikan hadits kepadamu dari ra’yu (pendapat pribadi) dan hawa nafsu kami, maka pastilah kami termasuk orang-orang celaka. Akan tetapi kami menyampaikan hadits-hadits yang kami simpan (jaga) dari Rasulullah (saww) sebagaimana orang-orang menyimpan emas dan perak mereka” (Bihar al-Anwar 2:172)

3. Dari al-Fudlail dari Imam al-Baqir as, Imam berkata,”Kalau kami menyampaikan hadits dari ra’yu kami niscaya kami telah tersesat sebagaimana tersesatnya orang-orang sebelum kami. Tetapi kami menyampaikan hadits dari keterangan (bayyi­nat) Tuhan kami yang telah Dia terangkan kepada Nabi-Nya, dan Nabi menerangkannya kepada kami” (Al-Bihar 2:178)

4. Dari Jabir, dia berkata: aku bertanya kepada Imam al-Baqir as,”Apabila aku meriwayatkan suatu hadits, maka aku san­darkan sanadnya dariku?”, Imam berkata,”Aku meriwayatkan hadits dari ayahku, dari kakekku, dari Rasulullah saww, dari Jibrail, dari Allah. Dan setiap hadits yang aku sampaikan kepadamu itu melalui sanad yang seperti itu.” (Al-Bihar 2:178)

5. Dari Hammad bin Utsman dan Hisyam bin Salim dan selain keduanya, mereka berkata,”Kami telah mendengar Imam Ja’far ash-Shadiq (as) berkata,”Haditsku adalah hadits dari ayahku, dan hadits ayahku adalah hadits kakekku dan hadits kakekku adalah hadits al-Husain dan hadits al-Husain adalah hadits al-Hasan dan hadits al-Hasan adalah hadits Amirul Mu’minin (Ali bin Abi Thalib) dan hadits Amirul Mu’minin adalah hadits Rasulullah (saww) dan hadits Rasulullah adalah perkataan Allah ‘Azza wa Jalla” (Al-Bihar 2, Kitab al-Ilmu, bab 33)



0 komentar:

Posting Komentar