Tampilkan Banyak Akun Jejaring Sosial dalam Satu Muka dengan Sobees
Sudah menjadi barang umum jika saat ini seseorang memiliki lebih dari satu akun jejaring sosial (Social Networking). Seperti Facebook, twitter, linkedIn, dll. Hal tersebut menjadi sedikit repot jika kita harus bergonta-ganti tab dalam suatu browser.
Nah, jika kamu gak mau repot dengan masalah tersebut, maka kamu dapat mencoba suatu aplikasi yang bernama Sobees . Dengan Sobees ini, maka akun-akun yang telah kamu daftarkan akan muncul dalam satu antarmuka secara berdampingan.
Sobees telah dirilis dalam versi Beta’nya. Silakan bisa di download di http://www.sobees.com/.
Setelah didownload, maka akan kamu dapati sebuah installer yang besarnya sekitar 486 KB. Yang nantinya akan kamu gunakan untuk menginstall Sobees secara Online (Ingat tuh, Secara Online). Jadi jika koneksi internet kamu suka ngadat di jalan, siap-siap deh pusing kepala.
Double klik saja file “sobeessetup.exe”. Maka sistem akan melakukan Installasi secara Online (otomatis).
Setelah selesai instalasinya, maka kamu dituntut untuk melakukan login ke akun-akun kamu. Setahu saya ada lima macam akun yang bisa terintegrasi dengan software sobees ini. Lihat gambar berikut !
Misalnya saja kamu akan memasang dinding Facebook di sobees, maka kamu klik saja icon facebook, sehingga muncul antarmuka untuk login ke FB kamu.
Setelah login, maka halaman facebook kamu akan segera terlihat di Jendela sobees ini. Untuk akun yang lain hampir sama caranya. OK !!!
Last word, Have a nice day with your social networking friends !!!
PERBUATAN-PERBUATAN MANUSIA DI DUNIA
TAFAKUR 212 ( DUA, SATU, DUA )
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka (beribadah) menyembah-ku ( Qs. Adz-Dzuriyaat : 56 )
TAFAKUR 212 ( DUA, SATU, DUA )
ASAL USUL MANUSIA DI DALAM KANDUNGAN
LELAKON TANAH JAWA
MENGAJI ALAM YANG EMPAT
Subhanallah, Kakek 160 Tahun Rajin Baca Al Quran Tanpa Kaca Mata
Subhanallah, itulah kata yang tepat ketika bertemu Muin. Bagaimana tidak, di usia yang sudah menginjak 160 tahun, Muin masih piawai membaca ayat suci Al quran tanpa menggunakan kacamata setiap usai menunaikan ibadah salat lima waktu. Bahkan, pria berusia uzur ini juga masih sanggup mencangkul empat jam dalam sehari.
Lelaki kelahiran Rangkasbitung, Banten, tahun 1850 ini, dikenal sebagai sosok yang suka humor. Aki Muin, biasa ia dipanggil, menuturkan bahwa hidup itu indah kalau sehat, kalau sakit jadi tidak indah, namun ada hikmah yang tetap harus disyukuri.
“Saya makan seperti “kambing” alias makan sayuran dari hasil berkebun saja, tidak pernah membeli. Dan makanan yang berasal dari makhluk hidup seperti daging atau telur saya hindari. Barangkali itu yang membuat mata masih awas untuk membaca Al Quran setelah kegiatan salat wajib,” ujarnya, di Blambanganumpu, Waykanan, Lampung, Jumat (8/10/2010).
Ia mengatakan, dalam mengolah komoditas perkebunan dan pertanian miliknya seperti kopi, terong, kacang panjang, cabai dan padi, sama sekali dia tidak menggunakan pupuk kimia.
“Saya tidak pernah menggunakan pupuk kimia, memanfaatkan yang alami saja, seperti daun atau jerami padi. Saya biasa mulai ke kebun jam 6 pagi, dan biasa mencangkul sekitar 4 jam dalam sehari, maklum sudah ‘kolot’ jadi banyak lelahnya,” katanya seraya memamerkan giginya yang sudah habis.
Ia juga mengaku, tahun 2008 lalu, dia bahkan masih sanggup memanjat pohon aren setinggi kurang lebih 10 meter yang dimilikinya untuk menyadap nira. “Sebelum jatuh dua tahun lalu, saya masih sanggup memanjat pohon aren, tapi sekarang tidak bisa lagi, punggung saya sudah patah, jadi bengkok seperti ini,” katanya.
Terkait sejarah penjajahan Belanda dan Jepang ia mengatakan, hidup di zaman pendudukan negeri Sakura lebih sulit dibandingkan saat tentara Negeri Kincir Angin menguasai Indonesia. “Zaman Jepang pakaian itu susah, saya saja menggunakan kulit dari pohon benda sebagai penutup aurat, seperti sarung atau kebaya, namun lumayan hangat. Tapi saat zaman penjajahan Belanda lumayan mudah, harga rokok 3 sen dapat 20 batang,” ujarnya.
Aki Muin ternyata pernah ikut menjadi tentara sukarela dan digaji 25 perak setiap bulan, namun setelah perang kemerdekaan ia memilih menjadi orang biasa karena ingin bebas.
[via-islam/mt]
Trik Mengatasi Buffering pada Video Youtube dengan Youtube Enhancer
Harapan Emak Pada si Entong
“tong sebenarnya emak tidak terlalu berharap entong jadi pegawai bank yang banyak uang atau PNS dengan gaji yang besar hanya karena ingin membahagiakan emak, emak tidak mengharapkan balas budi dari entong karena bagi emak entong adalah anugerah terbesar dalam hidup emak, entong adalah amanah dan titipan dari Allah yang dipercayakan kepada emak agar emak jaga dan didik supaya menjadi hamba yang berguna bagi agama dan orang lain, itu sudah membuat emak teramat bangga “.
“emak juga berharap jika kelak emak dipanggil sama Allah… entong lah yang menerangi alam kubur emak dengan kesholehan entong.. entong lah yang menyejukan alam kubur emak dengan doa-doa yang entong kirimkan untuk emak setiap entong berdoa memohon ampun atas kesalahan-keslahan emak, semoga Allah senantiasa menjaga entong dari segala marabahaya” gumam emak dalam hati seraya mengecup kening anaknya yang telah terlelap. [Yopi Bukhori]
Khaulah Binti Malik
Semarakkan Masjid Pancarkan Syiarnya
JUNAEDI terkagum-kagum ketika berkesempatan mengunjungi Jakarta, pertengahan Februari lalu. Selain melihat pesatnya pembangunan Ibu Kota, lelaki asal Kampung Cihampelas, Bandung Barat, ini juga terlihat bungah melihat masjid-masjid yang berdiri megah di berbagai tempat di Jakarta. Ia membayangkan, andai saja di kampungnya dapat berdiri masjid semegah itu, tentu warga akan bersemangat untuk melaksanakan ibadah dan berbagai kegiatan di masjid. Maklum, di kampungnya hanya ada satu mushala kecil. Untuk pengajian anak-anak saja tidak cukup.
Anak-anak harus berdesakan di dalam mushala, bahkan sampai ke pelataran mushala. “Di mushala kampung saya, kalau sedang pengajian rutin, ibu-ibu sampai harus membawa tikar sendiri untuk duduk di luar mushala. Ruang mushala hanya cukup untuk bapak-bapak,” kata Junaedi. Sedangkan bangunan masjid ini sangat megah. Ruangannya sangat luas. Bahkan interiornya sangat indah, dengan dekorasi masjid yang ditata apik. Dalam hitungan Junaedi, masjid ini setidaknya bisa menampung 1.000 jamaah. Tapi, yang membuat rasa kagum Junaedi ciut, pada saat menunaikan shalat ashar itu, jamaahnya hanya beberapa orang. Tidak sampai satu shaf. “Mungkin orang-orang masih sibuk bekerja, jadi tidak sempat untuk shalat ashar berjamaah di masjid,” katanya menerka-nerka.
•••••
Kini memang masjid berdiri di mana-mana. Dari yang kecil (mushala) hingga yang megah. Lalu soal shalat berjamaah itu? “Mungkin yang paling penting, yang sudah berjamaah benar benar menjadi figur yang bisa membuat orang yang belum berjamaah jadi tertarik,” kata KH Abdullah Gymnastiar, pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung.
Shuhaib bin Sinan, Sang Pendamping Setia Rasulullah
Senin, 05 Desember 2011
RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah berkata bahwa orang-orang yang paling pertama dan utama masuk Islam ada empat. Pertama, Rasullulah sendiri, sebagai tokoh dari Arab. Kedua, Shuhaib bin Sinan sebagai tokoh dari Romawi. Ketiga, Bilal sebagai tokoh dari Abyssina. Dan keempat, Salman al-Farisi sebagai tokoh dari Farsi.
Shuhaib bin Sinan memang berasal dari Romawi. Bahkan, nama al-Rumi yang kerap digandengkan kepada namanya berasal dari kata Romawi. Namun, catatan sejarah menunjukkan, nenek moyang Shuhaib sebetulnya berasal dari Arab, dan merupakan keluarga terhormat.
Nenek moyang Shuhaib pindah ke Iraq jauh sebelum datangnya Islam. Di negeri ini, ayah Shuhaib diangkat menjadi hakim dan walikota oleh Kisra, Raja Persia . Shuhaib dan orangtuanya tinggal di istana yang terletak di pinggir sungai Eufrat ke arah hilir Jazirah dan Mosul . Mereka hidup dalam keadaan senang dan bahagia.
Suatu ketika datang orang-orang Romawi menyerbu dan menawan sejumlah penduduk, termasuk Shuhaib. Setelah ditawan, Shuhaib dijualbelikan sebagai budak dari satu saudagar ke saudagar lain. Ia menghabiskan masa kanak-kanak dan permulaan masa remaja di Romawi sebagai budak. Akibatnya, dialeknya pun sudah seperti orang Romawi.
Pengembaraannya yang panjang sebagai budak akhirnya berakhir di Makkah. Majikannya yang terakhir membebaskan Shuhaib karena melihat kecerdasan, kerajinan, dan kejujuran Shuhaib. Bahkan, sang majikan memberikan kesempatan kepadanya untuk berniaga bersama.
Memeluk Islam
Perihal keislaman Shuhaib, diceritakan oleh sahabatnya, 'Ammar bin Yasir. Suatu ketika, 'Ammar berjumpa Shuhaib di muka pintu rumah Arqam bin Abu Arqam. Saat itu Rasulullah masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah tersebut.
“Kamu mau kemana?” tanya `Amar.
Shuhaib balik bertanya, “Dan kamu hendak kemana?”
“Aku mau menjumpai Rasulullah untuk mendengarkan ucapannya,” jawab 'Ammar.
“Aku juga mau menjumpainya,” ujar Shuhaib pula.
Lalu mereka masuk ke dalam rumah Arqam menemui Rasulullah. Keduanya mendengar secara khidmat penjelasan tentang aqidah Islam hingga petang hari. Setelah itu, keduanya menyatakan diri memeluk Islam. Secara sembunyi-sembunyi mereka kemudian keluar dari rumah itu.
Hijrah
Ketika Rasulullah hendak berhijrah ke Madinah, Shuhaib ikut serta. Ada yang mencatat bahwa Shuhaib telah menyembunyikan segala emas, perak, dan kekayaan yang dimilikinya sebagai hasil perniagaan bertahun-tahun di Makkah sebelum pergi hijrah. Catatan lain menyebutkan bahwa harta tersebut hendak ia bawa ke Madinah.
Rencananya, Shuhaib akan menjadi orang ketiga yang akan berangkat ke Madinah setelah Rasulullah dan Abu Bakar. Namun, orang-orang Quraisy telah mengetahui rencana tersebut. Mereka mengatur segala persiapan guna menggagalkannya.
Ketika hijrah akan dilakukan, pasukan Quraisy menyerbu. Malang nasib Shuhaib. Ia masuk perangkap dan tertawan. Akibatnya, kepergian Shuhaib ke Madinah tertunda, sementara para sahabat yang lain bisa meloloskan diri.
Saat orang-orang Quraisy lengah, Shuhaib langsung naik ke punggung unta dan memacu sekencang-kencangnya menuju gurun yang luas. Tentara Quraisy segera memburu dan hampir berhasil menyusulnya. Tiba-tiba Shuhaib berhenti dan berteriak:
“Hai orang-orang Quraisy, kalian mengetahui bahwa aku adalah ahli panah yang paling mahir. Demi Allah, kalian tak akan berhasil mendekatiku sebelum kulepaskan semua anak panah yang berada dalam kantong ini. Dan setelah itu aku akan menggunakan pedang untuk menebas kalian sampai senjata di tangan ini habis semua. Nah, majulah ke sini kalau kalian berani! Tetapi kalau kalian setuju, aku akan tunjukkan tempat penyimpanan harta benda milikku asal kalian membiarkan aku pergi.”
Ibnu Mardaweh meriwayatkan dari Utsman an-Nahdiy dari Shuhaib bahwa pasukan Quraisy saat itu berkata, “Hai Shuhaib, dulu kamu datang kepada kami tanpa harta. Sekarang kamu hendak pergi hijrah sambil membawa pergi hartamu? Hal ini tidak boleh terjadi.”
“Apakah kalian menerima tawaranku?”
Tentara Quraisy akhirnya tertarik dan sepakat untuk melepaskan Shuhaib sekaligus menerima imbalan harta. Reputasi Shuhaib sebagai orang jujur selama ini telah membuat tentara Quraisy itu percaya bahwa Shuhaib tak akan berbohong.
Setelah kaum Quraisy balik arah, lalu melanjutkan perjalanan seorang diri hingga menyusul Rasulullah yang sedang berada di Quba’.
Waktu itu Rasulullah sedang duduk dikelilingi para sahabat. Ketika mendengar salam dari Shuhaib, Nabi langsung berseru gembira, “Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya!” Ucapan itu diulangnya sampai dua kali.
Beberapa saat kemudian turunlah Surat Al-Baqarah ayat 207. Ibnu Abbas, Anas bin Musayyab, Abu Utsman an-Nahdiy, Ikrimah, dan yang lain berkata, ayat ini diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenaan dengan peristiwa yang menimpa Shuhaib. Sementara kebanyakan ulama berpendapat, ayat ini umum untuk setiap mujahid yang berperang di jalan Allah, seperti halnya fiman Allah dalam Surat at-Taubah ayat 111: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji benar Allah dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur`an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain Allah)? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
Sebuah catatan menunjukkan, Shuhaib baru mengetahui turunnya ayat mengenai dirinya setelah bertemu Umar bin Khattab dan kawan-kawannya di Tharf al-Hurrah. Mereka berkata pada Shuhaib, “Perniagaanmu beruntung.”
“Kalian sendiri bagaimana? Saya tidak merugikan perniagaanmu di jalan Allah. Apa yang kalian maksud dengan perniagaanku beruntung?” tanya Shuhaib.
Para sahabat kemudian memberitahu bahwa Allah telah menurunkan ayat yang berkaitan dengan dia.
Pendamping Setia
Setelah hijrah, Shuhaib menjadi pendamping setia Rasulullah. Ia dikenal berani dan andal menggunakan lembing dan panah.
Shuhaib pernah berkata, “Tidak ada sesuatu peperangan yang dilakukan Rasulullah dengan pihak lain yang aku tidak ada di sampingnya. Tidak pernah suatu perjanjian yang dibuat Rasulullah dengan pihak lain yang aku tidak ada di sampingnya. Tidak pernah suatu angkatan perang yang disiapkan oleh Rasulullah untuk pergi bertempur yang aku tidak ada di dalamnya. Tidak ada sesuatu peperangan yang sedang berkecamuk yang aku tidak ada di kanan kiri baginda. Tidak pernah terjadi sesuatu persiapan untuk mengirim bantuan yang aku tidak hadir di tempat itu. Pendek kata, aku adalah orang yang berdiri di tengah-tengah antara musuh dan Rasulullah.”
Setelah Rasulullah wafat, Shuhaib menyumbangkan baktinya kepada Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar bin Khaththab ketika keduanya menjadi khalifah. Ketika Umar ditikam dari belakang saat memimpin shalat Shubuh, Shuhaib langsung ditunjuk sebagai pengganti imam.
Kata Umar, “Shalatlah kalian bersama Shuhaib.” Padahal saat itu kaum Muslimin belum memutuskan siapakah yang bakal menggantikan Umar sebagai khalifah.
Selanjutnya, Umar berkata, “Jangan kalian takut kepada Shuhaib karena dia seorang maula (hamba yang dimerdekakan). Dia tidak akan memperebutkan jabatan khalifah ini.”*
Syeikh Jamil Jambek, Sang Penentang Hukum Adat
KETIKA usia belasan tahun, Muhammad Jamil Jambek dikenal sebagai parewa (preman) di kampunghalamannya, Nagari Kurai, Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia keluar masuk kampung sebagai jagoan dengan keahlian pencak silat. Banyak pemuda yang takut berkelahi dengannya.
Menyabung ayam, bagian dari tradisi masyarakat Minangkabau kala itu, adalah kebiasaannya. Ia juga pernah mengisap candu. Saking gemarnya mengisap barang haram ini, ia dapat membedakan mana bau rokok dengan bau candu dari kejauhan. Keahlian ini juga yang membuat anak muridnya sering katahuan saat usai mengisap candu.
Sejarah kemudian mencatat Muhammad Jamil Jambek, yang juga dikenal dengan sebutan Inyiak Jambek, menjadi ulama terkemuka Minangkabau. Ia paling kritis terhadap adat istiadat dan ajaran tarikat. Dia juga ahli ilmu falak dan pembuat imsyakiah pertama. Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode dakwah dengan bertabligh di depan massa.
Insyaf dan ke Makkah
Jamil Jambek lahir di kota Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tahun 1863. Nama kecilnya Muhammad Jamil. Ia anak sulung dari Muhammad Saleh Datuk Maleka, seorang Kepala Nagari di Kurai, Bukittinggi.
Meski putra seorang pemimpin adat, perangai Jamil saat remaja sering dicibir masyarakat. Ia anak pemimpin adat yang sungguh tak beradat.
Pada usia 22 tahun, tepatnya tahun 1885, atas nasehat seorang ulama, Tuanku Kayo Mandiangin, Jamil mulai sadar dan meninggalkan dunia parewa. Ia kemudian belajar agama dan bahasa Arab.
Setahun berlalu, Jamil dikirim ayahnya belajar pada Syeikh Ahmad Khatib di Makkah. Ahmad Khatib adalah ulama asal Nagari Balai Gurah, Bukittinggi, yang termasyur sebagai guru besar di Mekkah dan menjadi Imam Besar di Masjidil Haram, sebuah posisi yang sebelumnya tak pernah diisi oleh mereka yang berasal dari luar tanah Hijaz.
Ada beberapa murid Syeikh Ahmad Khatib di Makkah yang kemudian terkenal sebagai motor pembaharu sekembalinya ke tanah air. Di antara mereka adalah KH Ahmad Dahlan, H Abdul Karim Amrullah, H Abdullah Ahmad, Syeikh Taher Jalaluddin, H Agoes Salim, H Muhamad Basyuni Imran, H Abdul Halim, KH Hasyim Asy'ari, dan Syeikh Daud Rasyidi.
Cukup lama Jamil Jambek berguru di Makkah, sejak tahun 1886 hingga pulang ke Ranah Minang pada tahun 1903.
Benturan pertama dan terberat yang dihadapai Jamil Jambek sekembali dari Makkah adalah masalah adat Minangkabau, khususnya hukum waris. Menurut ajaran Islam yang diterimanya dari Syeikh Ahmad Khatib, harta pusaka diwariskan kepada anak sendiri dengan ketentuan anak laki-laki memperloleh bagian yang lebih besar dari anak perempuan. Sedangkan adat Minangkabau menggariskan bahwa harta pusaka diwariskan kepada kemenakan perempuan, bukan kepada anak laki-laki.
Jamil Jambek tak bergeming dengan beratnya tantangan adat Minangkabau tersebut. Apa lagi ia tahu bahwa gurunya, Syeikh Ahmad Khatib, telah menulis dua buku berbahasa Arab tentang hukum waris.
Beberapa karyanya tertulis dalam bahasa Arab dan Melayu, salah satunya adalah al-Jauhar al-Naqiyah fi al-A'mali al-Jaibiyah. Kitab tentang ilmu Miqat ini diselesaikan pada hari Senin 28 Dzulhijjah 1303 H.
Karya lainnya adalah Hasyiyatun Nafahat ala Syarh al-Waraqat. Syeikh Ahmad Khatib menyelesaikan penulisan kitab ini pada hari Kamis, 20 Ramadhan 1306 H, isinya tentang usul fiqih. Karyanya yang membahas ilmu matematika dan al-Jabar adalah Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab yang selesai dirulis pada hari Ahad 19 Dzulqaedah 1307 H di Makkah. Kitab-kitab lainnya adalah al-Da'il Masmu'fi al-Raddi ala man Yurist al-Ikhwah wa Aulad al-Akhawat ma'a Wujud al-Ushl wa al-Manhaj al-Masyru', Dhau al-Siraj dan Shulh al-Jama'atain bi Jawazi Ta'addud al-Jum'atain.
Ahmad Khatib membuat pernyataan keras terhadap mereka yang menolak hukum Islam. Mereka harus diputuskan hubungannya dan tidak punya hak untuk mendapat pemakaman secara Islami.
Sedangkan tentang praktik tarekat Naqsyabandi di Minangkabau, Syeikh Ahmad Khatib menulis buku berjudul Izhhar Zughal al-Kadzibin (Menjelaskan Kekeliruan Para Pendusta).
Cukup berat tantangan yang dihadapi Syeikh Jamil Jambek dalam meluruskan masalah hukum waris dan ajaran tarikat yang sudah lebih dulu mentradisi di pelosok Ranah Minang. Namun metode dakwah dangan bertabligh, atau berpidato di hadapan massa, membuat masyarakat di kampung halamannya cepat mahami apa yang disampaikannya.
Jamil Jambek adalah ulama pertama yang memperkenalkan metode dakwah ini. Sebelumnya, masyarakat hanya mengenal metode berhalaqoh, pengajian dengan duduk melingkar menghadap guru di rumah dan surau-surau.
Ulama Kritis
Syeikh Jamil Jambek juga meninggalkan kebiasaan lama dimana ulama sangat terikat kepada kitab Jawi. Semuapelajaran diberikan dengan cara berdiri di muka umum, diberi keterangan selengkap-lengkapnya dengan metode yang mudah dimengerti.
Dengan metode baru tersebut, Syeikh Jamil Jambek cepat sekali menebar pengaruhnya. Bahkan begitu cepat merangkul banyak pengikut. Dalam waktu singkat ia sudah bisa mendirikan sebuah surau yang digunakan sebagai pusat pergerakan di kawasan Tengah Sawah, Bukittinggi.
Di surau ini Syeikh Jamil secara rutin memberikan pelajaran agama dengan berdiri di hadapan murid-muridnya, dilengkapi papan tulis. Umumnya murid Syeikh M Jamil Jambek adalah orang-orang berpangkat, tuanku, lebai, fakih/orang yang mengerti agama, dan guru.
Selain berdakwah di Surau Tengah Sawah, Jamil Jambek secara rutin turun ke kampung-kampung hingga ke Gadut, Pakan Kamis, dan Tilatangkamang yang pernah menjadi pusat pergerakan kaum Paderi.
Perubahan yang dibawa Syeikh Jamil Jambek tak hanya dalam cara mengajar namun juga dalam hal pemanfaatan ilmu pengetahuan umum untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim. Ia sendiri telah membuktikannya dengan menguasai ilmu falak. Bahkan, Syeikh Jamil Jambek telah menyusun jadwal waktu shalat. Tak sekadar itu, ia juga telah menerbitkan Imsyakiah Ramadhan pada tahun 1911. Inilah imsyakiah pertama yang beredar di Indonesia.
Dalam setiap tabilqh akbar, Syeikh Jamil Jambek sering mengkritisi amalan suluk dalam tarekat Naqsyabandi dan segala macam bid’ahnya. Menurut Jamil Jambek, suluk jika tidak hati-hati bisa membuat orang malas.
Awalnya, Syeikh Jamil Jambek lebih suka berdakwah langsung ketimbang berdakwah lewat tulisan. Hanya sekali dia menulis di Majalah Al-Munir yang diterbitkan H Abdullah Ahmad di Padang.
Barulah pada awal tahun 1905, Syeikh Jamil Jambek mulai menulis buku. Di antaranya, buku berjudul "Penerangan Tentang Asal Usul Thariqatu al-Naksyabandiyyah dan Segala yang Berhubungan dengan Dia. Buku ini diilhami dari pertemuan ulama guna membahas keabsahan tarekat di Bukit Surungan, Padangpanjang. Saat itu Syeikh Jamil secara terbuka menyampailkan kritiknya soal tarekat.
Buku ini terdiri atas dua jilid. Salah satu penjelasan dalam buku ini kenyatakan bahwa tarekat Naksyabandiyyah diciptakan oleh orang dari Persia dan India. Syeikh Jamil Jambek menyebut orang-orang dari kedua negeri itu penuh takhayul dan khurafat yang makin lama makin jauh dari ajaran Islam.
Sikap kritis Syeikh Jamil Jambek juga tertuang dalam buku berjudul "Memahami Tasawuf dan Tarekat yang ditujukan sebagai upaya mewujudkan pembaruan pemikiran Islam.
Pada tahun 1913 Syeikh Jamil Jambek merangkul sahabatnya sesasama murid Syeikh Ahmad Khatib, yakni Syeikh Daud Rasyidi, mendirikan Majelis Islam Tinggi (MIT). Ia juga mendirikan Barisan Sabilillah untuk melatih kaum muda mengusir penjajahan kafir Belanda.
Namun, belum genap dua tahun Syeikh Jamil Jambek mengecap era kemerdekaan yang ikut diperjuangkannya, pada 16 Safar 1367 H, bertepatan 30 Desember 1947, Syeikh Muhammad Jamil Jambek dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Makamnya masih menjadi saksi sejarah di pekarangan masjid yang pernah menjadi basis perjuangnya.
Masjid yang terletak di jantung kota Bukittinggi itu hingga kini masih bernama Surau Inyiak Jambek.* Dodi
Ulama Masyhur yang Dituduh “Penghianat” Rezim Soekarno
BULAN Februari ini, adalah hari kelahiran seorang tokoh ulama besar Nusantara yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan HAMKA. Beliau dilahirkan di Maninjau Sumatera Barat pada 17 Februari 1908. Jadi sehingga kini sudah seabad lebih lamanya. Untuk itu bagi kita generasi sekarang ini perlu mengenal lebih dekat sosok ulama besar tersebut sekaligus mengenang jasa yang telah diberikan kepada bangsa dan agama di tanah air.
Ayah Hamka adalah H. Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul seorang tokoh ulama Sumatera. Dikenal sebagai pelopor “golongan muda”, murid Syekh Ahmad Khatib yang bermukim di Makkah. Ibunya bernama Syafiyah istri kedua ayahnya.
Pendidikan awal buya Hamka di sekolah Diniyah 1916 kemudian di sekolah Sumatera Thawalib 1918. Diantara gurunya disana ialah Zainuddin Labai El Yunusi, H.Rasul Hamidi, H. Jalaluddin Thaib, Angku Mudo Abdulhamid dan lain-lain. Selain itu Hamka mengaji kepada Syekh Ibrahim Musa Parabek pada tahun 1922.
Beliau belajar Tafsir Al Qur'an dan Fikih dengan kitab Al Muhazzab dari Angku Mudo Abdulhamid. (Ayahku hal 318) Setelah itu beliau merantau ke Jawa. Disana beliau belajar kepada HOS. Cokroaminoto tentang islam dan sosialisme, kepada Soeryopranoto tentang sosiologi dan kepada H. Fakhruddin dalam ilmu Tauhid. Selanjutnya beliau banyak belajar kepada A.R.St. Mansur.
Guru yang memiliki pengaruh besar pada dirinya ialah ayahnya sendiri dan A.R.St. Mansur yang tak lain adalah iparnya. Dari ayahnya Hamka belajar langsung tentang Ushul Fiqh dan Mantiq. Selama enam bulan beliau belajar kepada ayahnya di kutub khanah sampai kedua ilmu tersebut beliau kuasai. Alasan ayahnya mengajarkan dua ilmu tersebut ialah kegemaran Hamka berfilsafat dan membawa sejarah ketika berceramah, sehingga dengan menguasai kedua ilmu tersebut tidak dikuatirkan akan tersesat.
Buya Hamka banyak berperan dalam gerakan dakwah. Beliau tidak memaknai dakwah secara sempit. Banyak bidang yang telah beliau lakukan dalam memperjuangkan agama Islam.
Dalam bidang organisasi beliau aktif di Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan selama hidupnya beliau banyak mengajar kepada masyarakat. Baik di sekolah, masjid, surau, universitas dan lainnya. Ketika mudanya beliau pernah mendirikan sekolah Tarbiyatul Muballighin sekaligus menjadi direkturnya. Beliau juga mengajar masyarakat Indonesia melalui kuliah di Radio Republik Indonesia (RRI) selama lebih dari tiga puluh tahun.
Dalam bidang keilmuan dan penulisan beliau telah menulis buku-buku dari berbagai bidang. Mulai dari pendidikan, tasawuf, filsafat, tafsir, akhlak, sejarah roman dan lainnya. Diantara judul-judul bukunya yang banyak tersebut antara lain: Tasauf Modern, Filsafat Hidup, Lembaga hidup, Tafsir Al Azhar, Lembaga Budi, Ayahku, Sejarah Umat Islam, Revolusi Agama, Revolusi Pemikiran, Studi Islam, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Dibawah Lindungan Ka’bah dan Pandangan Hidup Muslim.
Metode dakwah yang dibawakan oleh Buya Hamka sangat bijaksana sehingga diterima banyak kalangan. Misalnya beliau menulis roman islami yang pada masa itu sangat “aneh” bagi seorang ulama menulis roman. Namun cara tersebut justru sangat digemari masyarakat.
Beliau sangat mahir dalam menulis dan bahasanya sangat sederhana sehingga mudah difahami. Meskipun menjelaskan sesuatu pembahasan yang sulit seperti filsafat. Namun melalui sentuhannya filsafat menjadi mudah dimengerti oleh banyak orang. Beliau juga diantara tokoh yang yang turut meningkatkan seni kesusasteraan di tanah air. kemahirannya dalam menulis diawali dengan menulis ringkasan pidato dan diskusi bersama rekan-rekannya pada masa mudanya.
Dalam bidang penerbitan beliau menjadi editor sekaligus pimpinan majalah Pedoman Manyarakat dan Panji Masyarakat (Panjimas). Melalui majalah tersebut beliau menyampaikan pemikirannya.
Disegani Dunia
Atas keluasan ilmu yang dimiliki serta kontribusinya yang besar dalam berdakwah di Indonesia beliau di anugerahi Doktor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar Kairo pada tahun 1958. Surat pengakuan gelar tersebut ditanda-tangani langsung oleh Syeikh Al Azhar ketika itu yaitu Syeikh Mahmud Syaltut. Hal ini mengulang sejarah ayahnya yang diberikan gelar yang sama pada tahun 1926 ketika kongres yang dianjurkan oleh ulama Al Azhar. Ketika itu ayahnya bersama H. Abdulllah Ahmad, masing-masing mendapat gelar kehormatan melalui kesepakatan ulama yang hadir.
Hamka juga memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) pada tahun 1974. Pada tahun 1977 beliau diangkat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) kemudian mengundurkan diri pada tahun 1981 dikarenakan tekanan pemerintah yang tidak sesuai dengan pendiriannya.
Pada zaman Soekarno, beliau pernah dipenjarakan selama dua tahun karena dituduh “pengkhianat” dan menjual negara kepada Malaysia. Tentu beliau sangat sakit hati atas tuduhan keji rezim yang pernah bertangan besi kepada tokoh-tokoh Islam tersebut. Namun beliau bersabar dan memanfaatkan waktu tersebut untuk menyelesaikan karyanya yang monumental bernama Tafsir Al Azhar (30 jilid).
Selama hidupnya beliau menjadi panutan masyarakat dan tempat banyak orang bertanya tentang masalah agama. Atas usaha beliaulah masjid Al Azhar selesai dibangun dan beliau menjadi imam masjid tersebut hingga akhir hayatnya.
Beliau menutup usia pada 24 Juli 1981. Dengan meninggalkan warisan karya-karya penting yang masih selalu dipelajari orang sehingga hari ini. Ketokohan beliau bukan saja diakui oleh masyarakat Indonesia namun di Malaysia dan Singapura kedudukan beliau dangat dihormati. Mereka juga turut bangga kepada buya Hamka. Buku-buku karangan beliau banyak dipelajari dan diterbitkan di kedua Negara tersebut. Di Singapura misalnya, maka Pustaka Nasional yang banyak menerbitkan. Di Malaysia terdapat beberapa tesis dalam bahasa Melayu, Arab atau pun Inggris yang membahas pandangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu.
Demikianlah sedikit kisah tentang sosok buya Hamka. Tujuan ditulisnya kisah ini, selain untuk memperingati masa kelahirannya juga untuk memberikan semangat kepada generasi baru muslim di Negara ini agar mengikuti jejak beliau. Dengan cara menguasai ilmu serta beramal untuk memajukan bangsa dan agama.*/Hambari Nursalam, Mahasiswa International Islamic University Malaysia
Red: Cholis Akbar
Sayangilah Sesama, Bahkan Termasuk Hewan
KASIH sayang Mukim bersumber dari rahmat Allah Subhanahu Wata’ala. Seorang mukmin adalah sosok manusia yang berjiwa kasih sayang, karena idealismenya adalah berbudi (berakhlaq) dengan akhlaq-akhlaq Allah Subhanahu Wata’ala.
Di antara akhlaq-akhlaq ilahiyah adalah (rahmat) kasih sayang yang meliputi segala-galanya, meliputi kafir dan mukmin, orang baik dan jahat, meliputi juga dunia dan akherat.
Rasulullah dengan rasa rahmat ini memperlakukan sahabat-sahabatnya dan dalam berbagai kesempatan beliau beliau selalu menanamkan rasa kasih sayang ini (rahmat) kepada sahabat-sahabatnya.
Pada suatu hari Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) berjalan bersama para sahabatnya menelusuri perkampungan di kota perkampungan di kota Madinah. Dalam perjalanan itu Rasulullah bertemu dengan seorang wanita yang sedang menggendong dan menyusui anaknya.
Melihat itu Nabi berkata kepada para sahabatnya, "Apakah kalian mengira bahwa ibu itu sampai hati melemparkan anaknya ke api neraka? Mereka menjawab, "Tidak-tidak, tidak mungkin dia melemparkan anaknya ke api neraka". Nabi bersabda, "Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya walaupun dibandingkan dengan kasih sayang ibu kandung kepada putranya ini." (HR. Bukhari)
Nama-nama (sifat) Allah yang paling populer setelah nama (Allah) adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang artinya adalah pengasih dan penyayang. Seorang mukmin selalu memulai membaca nama ini, bismillaahirrahmaanirrahiim setiap kali membaca al-Qur'an sebab sebanyak 113 suratnya dimulai dengan kata tersebut.
Kita sendiri selalu mengulangi dua nama ini dalam shalat-shalat wajib tidak kurang dari 34 kali setiap hari. Kedua nama mulia ini, memiliki inspirasi kuat pada jiwa seorang mukmin untuk mengambil bagian dari nama-nama mulia ini.
Imam Ghazali dalam mengomentari nama-nama Allah yang mulia ini dalam kiabnya "Almaq Sadul Asma'" mengatakan "Seorang hamba yang mengambil bagian dari sifat ini adalah merahmati (menyayangi) hamba-hamba Allah yang lalai, agar sadar dan kembali pada jalan Allah dengan cara memberi nasihat, penuh kelembutan tidak dengan kekerasan, melihat pada pelaku kemaksiatan dengan pandangan kasi sayang tidak dengan pandangan yang menyakitkan, melihat pada setiap maksiat yang berlangsung di alam ini sebagai musibahnya juga. Sehingga segera berusaha untuk menghilangkannya sesuai dengan kemampuannya, sebagai rasa rahmat kepada pelaku maksiat tersebut, agar terhindar dari murka Allah Subhanahu Wata’ala. Ia tidak membiarkan seorang melarat namun membantunya sesuai dengan kemampuannya. Ia selalu memperhatikan orang miskin di lingkungannya. Mungkin dengan harta kekayaannya, jabatan atau memintakan bantuan kepada orang lain. dan jika semua itu tidak dapat ia lakukan, ia membantunya dengan berdo'a, ikut berduka cita, trenyuh dan terharu, seolah-olah ia ikut mengambil bagian dari musibah dan kebutuhannya itu.
Barangsiapa tidak merahmati, maka tidak akan dirahmati. Seorang mukmin yakin bahwa ia selalu membutuhkan rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu Wata’ala. Dengan rahmat Allah inilah ia hidup di dunia dan berbahagia di akhirat. Namun juga berkeyakinan bahwa rahmat Allah tidak dapat digapai kecuali dengan merahmati masyarakat manusia.
Nabi bersabda, "Allah hanya merahmati pengasih dan penyayang dari hamba-hamba-Nya." Dalam hadits lain Nabi bersabda, "Barangsiapa tidak merahmati maka tidak akan dirahmati." Sabda Nabi yang lain, "Rahmatilah siapa saja atau apa saja yang ada di bumi, maka kalian akan dirahmati siapa saja yang ada di langit."
Rahmat orang Mukmin tidak terbatas pada saudar-saudara yang muslim saja -walaupun diutamakan- namun juga meluber kepada ummat manusia seluruhnya.
Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) bersabda kepada para sahabatnya, "Kalian tidaklah beriman sebelum kalian merahmati!" Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah kami saling menyayangi," mendengar itu Nabi bersabda, "Bukan kasih sayang salah seorang dari kalian kepada kawannya akan tetapi kasih sayang kepada semuanya." (HR. Turmudzi)
Memang sifat mukmin di antaranya yang disebut al-Qur'an adalah sabar dan kasih sayang.
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
“Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” [QS. al-Balad: 17]
Rahmat ini tidak hanya terbatas kepada ummat manusia tetapi juga kepada ummat-ummat lain seperti hewan-hewan. Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) telah mengumumkan kepada para sahabatnya seraya bersabda, "Surga dibukakan pintunya kepada pelacur yang memberi minum anjing lalu Allah mengampuninya, neraka dibukakan pintunya untuk wanita yang menahan kucing sampai mati."
Nah jika nasib orang yang menahan kucing seperti ini, maka bagaimana besarnya siksaan orang-orang yang menahan puluhan ribu anak manusia?
Pernah ada seorang datang kepada Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) dan berkata, "Saya merasa rahmat (sayang) untuk menyembelih kambing ini." Maka Nabi bersabda, "Bila engkau menyayanginya maka Allah akan menyayangimu". (HR. Al-Hakim)
Suatu hari Umar melihat seorang menyeret kambing dengan memegangi kakinya untuk disembelih, maka Umar menegur seraya berkata, "Celaka kamu! tuntunlah kambing itu menuju kematian dengan baik."
Ahli sejarah meriwayatkan bahwa Umar Ibnu Ash pada saat penaklukan negeri Mesir kemahnya dihinggapi burung merpati dan bersarang di atapnya. Ketika Umar akan meninggalkan tempat itu, ia melihat burung itu masih tetap di sarangnya yang ada di atas kemah. Maka ia tidak ingin mengusiknya dengan membongkar sarangnya, sehingga akhirnya menjadi kota 'merpati'.
Ibnu Hikan menyebutkan bahwa Umar bin Abdul Aziz melarang menaiki kuda tanpa ada keperluan, melarang memberi tapal kuda dari besi pada telapak kaki kuda, dan melarang mengekang kuda dengan kendali yang ketat dan berat.
Karena itulah, Rasulullah memberikan pengertian silaturrahim yang bermakna rasa kasih sayang (rahmat). Sabda beliau: "Orang yang bersilaturrahim itu bukanlah orang yang membalas kunjungan atau pemberian, akan tetapi yang dimaksud dengan orang yang bersilaturrahim adalah orang yang menyambung orang yang memutuskan hubungan denganmu."
Di antara sifat-sifat khusus orang Mukmin adalah berhati yang hidup, tanggap, lembut dan penuh kasih sayang. Dengan hati inilah dia berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Ia akan trenyuh melihat yang lemah, pedih melihat orang yang sedih, dan santun kepada yang miskin dan mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan.
Masalahnya, sering di antara kita memelesetkan perintah kasih & sayang dan rahmatan lil alamin untuk urusan akidah. Padahal, untuk urusan akidah dan nahi-munkar, seorang Mukmin diperintahkan tegas dan bukan lembek.
Allah berfirman,
Mendengar Pangkal Selamat, Abai Pangkal Celaka
“DEMI Allah andaikan dia berdiri sampai malam, maka aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk shalat.” Begitulah komitmen Umar Radhiyallahu ‘anhu untuk setia mendengarkan taushiah (nasehat) wanita renta di pinggir jalan. Padahal ketika itu Umar adalah seorang khalifah.
Kisah itu berawal ketika Umar keluar masjid bersama al-Jarud al-‘Abdi dan yang lain. Tiba-tiba ada wanita tua di jalan. Umar kemudian mengucapkan salam kepadanya. Wanita itu pun menjawab salamnya.
Dalam riwayat al-Darimi diterangkan bahwa wanita itu kemudian meminta Umar untuk berhenti. Umar pun mendekat dan menundukkan kepalanya demi mendengarkan wanita tersebut berbicara.
Selanjutnya wanita itu memberi wejangan, ”Bertakwalah engkau kepada Allah dalam mengurus rakyat. Ketahuilah, barangsiapa yang takut akan ancaman Allah maka yang jauh (hari akhirat) akan terasa dekat. Barang siapa yang takut akan kematian, maka ia akan khawatir kehilangan kesempatan.”
Para sahabat yang berdiri bersama Umar kemudian bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, engkau telah menghentikan sekian banyak orang (ikut berhenti karena tidak mau mendahului umara) demi wanita renta ini?”
Umar menjawab, ”Tahukah kalian siapa dia? Dia ini adalah wanita yang didengarkan aduannya oleh Allah Ta’ala di atas tujuh lapis langit. Dia adalah Khaulah binti Tsa’labah…,” hingga Umar mengucapkan kalimat pertama tadi. (Ibn ‘Abd al-Bar, al-Isti’ab fi Ma’rifat al-Ashab,II/ 91)
Siapa pun yang mengetahui kisah ini akan semakin kagum kepada Umar. Ia rela menghentikan langkahnya, lalu mendengar dengan seksama petuah wanita itu meski dalam waktu lama. Ini adalah teladan luar biasa yang tidak banyak dilakukan manusia, apalagi orang yang merasa telah menempati posisi terhormat di masyarakat.
Anggapan umum menyatakan bahwa berbicara adalah kehormatan dan mendengar adalah kehinaan, setidaknya di hadapan pembicara tadi. Padahal yang benar bukanlah demikian.
Sikap sabar dalam mendengar seperti itu semestinya menjadi akhlak setiap pribadi yang mengaku umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Pribadi yang mengidam-idamkan ukhuwah dalam iman, kesatuan, kekuatan, kedamaian, hilangnya permusuhan, dan tegaknya peradaban Islam yang agung, otomatis akan mencontoh sikap mulia tersebut.
Mengapa penting sekali membangun sikap tersebut dalam diri kita? Berikut ini alasan mendasarnya.
1. Manusia sejati harus mau mendengar dengan seksama
Rumus ini bukanlah kesimpulan manusia, tetapi kesimpulan Sang Pencipta manusia. Jika demikian, rumusan ini pasti benar, tanpa boleh diragukan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf [7]: 179)
Pada ayat ini dengan jelas Allah Ta’ala memberikan syarat untuk menjadi manusia yang sesungguhnya, yakni mutlak harus menjalankan tiga fungsi tersebut yang salah satunya adalah pendengaran.
2. Manusia yang baik diukur dari kemauannya mendengar
Satu-satunya rumus untuk menjadi manusia yang baik adalah menaati petunjuk Sang Pencipta yang terangkum dalam wahyu-Nya. Dalam rangka itu mesti ada proses penerimaan informasi mengenai tuntunan tersebut. Tersumbatnya informasi berakibat fatal. Manusia bisa gagal menjadi baik.
Jadi, Allah Yang Maha Bijaksana tidak mungkin menutup pintu informasi tersebut bagi hamba-Nya. Inilah yang diterangkan Allah Ta’ala dalam al-Qur`an:
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لاَ يَعْقِلُونَ
وَلَوْ عَلِمَ اللّهُ فِيهِمْ خَيْراً لَّأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعْرِضُونَ
“Sesungguhnya mahluk bergerak yang bernyawa yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak mengerti apa-apapun. Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar.” (Al-Anfal [8]: 22-23)
3. Hamba Allah pasti mau mendengar setiap ucapan baik.
Yang paling tahu tentang ciri hamba Allah Ta’ala tidak lain adalah Allah Ta’ala sendiri. Setiap pribadi yang menginginkan diri menjadi hamba Zat Yang Maha Baik, ambisi utamanya adalah mengoleksi seluruh kebaikan tanpa mau melewatkannya.
Setiap informasi mengenai peluang kebaikan, baginya adalah temuan paling berharga. Tidak mengherankan bila Allah Ta’ala menyebutkan bahwa sikap ambisius untuk berburu kebaikan dengan menyeleksi secara seksama setiap ucapan adalah ciri pertama kepribadian para hamba-Nya.
4. Manusia berakal pasti lebih banyak mendengar dari pada bicara.
Satu ciri khas orang yang berakal dinyatakan dengan jelas pada akhir ayat 18 surat Al-Zumar [39], yaitu lebih banyak mendengar. Tidak ada satu ayat atau Hadis pun yang menerangkan bahwa ciri manusia berakal adalah banyak bicara.
Orang yang berakal lebih banyak diam, merenung, dan berkonsentrasi mengerahkan kekuatan berpikirnya untuk menggali berbagai mutiara hikmah.
Teladan terbaik dalam hal ini tidak lain adalah Rasulullah sendiri. Jabir bin Samurah mensifati Nabi dengan mengatakan, ”Nabi lebih banyak diam dan sedikit tertawa,” (Riwayat Ahmad). Maka pantaslah bila Allah Ta’ala memberinya keistimewaan berupa jawami’ al-kalim (kata-kata singkat tapi padat makna).
5. Mendengar adalah penghormatan besar kepada pembicara
Inilah akhlak agung yang berujung kepada tumbuhnya rasa persaudaraan, kasih sayang, dan saling menghormati. Bahkan mampu meringankan beban psikologis orang-orang yang terserang depresi, dan terkadang menghilangkannya sama sekali.
Begitu banyak alasan mengapa seorang mukmin harus aktif dan seksama mendengar. Sebaliknya, tak kurang cela bila manusia mengabaikan sikap mulia tersebut.
Kisah karamnya kapal pesiar mewah Titanic pada 14 April 1912 tidak lain bermula dari pengabaian sang kapten, Edward J. Smith untuk mendengar peringatan Frederick Fleet, petugas menara pengintai saat melihat gunung es.
6. Ciri utama orang tercela adalah tuli alias tidak mau mendengar.
Allah Ta’ala, dalam al-Qur`an surat Al-Baqarah [2] ayat 171, mengumpamakan orang-orang yang menyeru kepada orang-orang kafir seperti penggembala yang memanggil binatang ternak. Binatang-binatang itu tak akan mendengar selain seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta. Mereka sama sekali tidak mengerti.
Allah Ta’ala juga memberi sifat kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur`an surat al-An’am [6] ayat 39, laksana orang yang pekak, bisu, dan berada dalam gelap gulita.
Adapun orang-orang munafik, kata Allah Ta’ala dalam Surat al-Baqarah [2] ayat 17-18, seperti orang-orang yang tuli, bisu dan buta. Mereka tidak akan kembali ke jalan yang benar.Wallahu a’lam bish-shawab.*
Aksi “Indonesia Tanpa Liberal” ... Habib Rizieq: Jangan Mimpi Masuk TV
Red: Cholis Akbar
Google dan Twitter Tembus Blokade Informasi Di Mesir
Google bekerja sama dengan Twitter dan SayNow, sebuah perusahaan spesialis jasa Startup Sosial Platform dan Suara Online, untuk segera membuka akses internet dan telepon secepatnya. Sehingga memungkinkan bagi siapa pun untuk tweet dengan meninggalkan pesan di salah satu dari tiga nomor telepon.
"Kita sangat terpukau dengan apa yang terjadi di Mesir, dan memikirkan apa yang bisa kami lakukan untuk membantu orang-orang di lapangan," kata Manajer Produk Google, Abdel Karim Mardini dan pendiri SayNow, Ujjwal Singh, dalam blog mereka.
Kedua menambahkan, selama akhir pecan ini, kami datang dengan membawa ide layanan untuk “berbicara-to-tweet”, sehingga siapapun bisa tweet hanya menggunakan sambungan suara.
Mereka juga menyebutkan, mail suara bisa diakses melalui tiga nomor telepon, yakni +16504194196, +390662207294, atau +97316199855. “Dengan mengirim pesan suara melalui tiga nomor itu, kami akan langsung mengkonversi ke dalam pesan teks dan disebut sebagai tweets.
Selanjutnya pesan ini diumumkan di Twitter dengan hashtags mengindikasikan # Mesir. “Hashtags Twitter dimaksudkan sebagai istilah pencarian sehingga orang dapat lebih mudah menemukan komentar yang berhubungan dengan topik tertentu atau peristiwa,” lanjut mereka.
Selain itu, orang juga bisa menghubungi nomor yang sama untuk mendengarkan pesan atau mendengar secara online di twitter.com/speak2tweet. "Kami berharap ini akan membantu orang-orang di Mesir tetap terhubung pada kondisi apapun yang sangat sulit," kata Singh dan Mardini. "Pikiran kami sama dengan semua orang yang ada di sana," tambah mereka.
Google untuk sementara juga menolak mengomentasi laporan bahwa salah satu direktur pemasaran di Mesir, Wael Ghonim, telah hilang sejak Jumat malam (18/1/2011).
"Kami sangat peduli pada keselamatan karyawan kami, tapi untuk melindungi privasi mereka, kami tidak mengomentari mereka secara individu," tegas Juru Bicara Raksasa Internet California di respon email untuk penyelidikan AFP ini. (Al-Jazeera/AFP/Dwi)
Menimba Ilmu ke Negeri William Tell
Benarkah Paku dari Salib Yesus Ditemukan?
Bersama timnya, dia tengah menyiapkan tayangan Secrets of Christianity untuk stasiun televisi History Channel. Host dan produser Simcha Jacobovici menemukan fakta yang mengejutkannya: Pada tahun 1990, arkeolog Israel menggali sebuah gua penguburan berusia 2.000 tahun dan menemukan dua paku yang dibuat oleh orang Romawi, tetapi menyembunyikan temuan itu.
Berdasar negosiasi, akhirnya HC boleh mempublikasikan penemuan dua osuarium-kotak pemakaman batu berisi dengan tulang manusia. Dalam peti itu tertulis inskripsi "Caiaphas" dan "Joseph con of Caiaphas". Peti terakhir sekarang ditampilkan di Museum Israel di Yerusalem.
Menurut Injil, Caiaphas atau Kayafas adalah imam besar Yahudi yang menyerahkan Yesus ke Roma untuk disalibkan. "Ada konsensus ilmiah umum bahwa makam dimana paku-paku yang ditemukan kemungkinan besar milik Kayafas pada waktu itu. Sekecil apapun, tapi menemukan di dalam kubur adalah sangat langka," kata Jacobovici di luar tembok batu yang tinggi di Kota Lama, di mana Yesus menghabiskan hari terakhirnya.
Ketika Jacobovici menemukan referensi singkat soal paku dalam laporan arkeolog resmi, ia mengaku, "Rahangku serasa turun," ia mengibaratkan.
"Ini akan menjadi seolah-olah, 2.000 tahun dari sekarang, para arkeolog menemukan gua Muhammad Ali namun lupa menyebutkan sepasang sarung tangan tinju yang ditemukan di sana. Tak ada yang istimewa dari sebuah sarung tinju, tapi bila itu sarung tangan khusus yang memiliki arti penting khusus untuk petinju terkenal, akan beda artinya bukan?" katanya.
Jacobovici pernah menjadi host program Naked Archaeologist di stasiun History International dan bekerja sama dengan pembuat film James Cameron pada 2007 untuk membuat film dokumenter kontroversial, "The Lost Tomb of Jesus."
Dia sebelumnya pernah menanyakan pada Israel Antiquities Authority soal paku itu. "Saya diberitahu mereka telah hilang."
Kayafas, katanya, dikenal karena satu: pengadilan dan penyaliban Yesus. "Dia mungkin merasa terdorong untuk mengambil paku tersebut bersamanya ke kuburnya," kata Jacobovici.
Ada juga kepercayaan di antara beberapa orang Yahudi kuno bahwa paku dari salib yesus memiliki kekuatan penyembuhan dan "tiket ke alam baka".
Namun Gabriel Barkay, seorang profesor arkeologi di Bar-Ilan University, meragukan temuan itu. "Tidak ada bukti apapun bahwa mereka berasal dari makam Kayafas," katanya. "Itu dugaan semua."
Paku digunakan untuk "berbagai tujuan," kata Barkay, "dari memperbaiki gerbang besi untuk pintu kayu dan peti mati, selain untuk penyaliban."
Ronny Reich, arkeolog Universitas Haifa yang juga pernah meneliti Gua Kayafas, percaya gua itu "milik anggota keluarga Kayafas". Namun ia tak yakin dengan otentifikasi paku itu sebagai dari kayu penyalib Yesus. (Republika)
Fatwa: Forex Trading Haram
Dewan Fatwa Nasional memutuskan perdagangan valas oleh "money changer" atau antara bank adalah perdagangan yang diizinkan.
Tapi, ketika itu dilakukan individu maka "menciptakan kebingungan" di antara umat, menurut sebuah laporan yang dikeluarkan Rabu oleh kantor berita negara Bernama.
Ketua dewan, Abdul Shukor Husin, memperingatkan "Ada banyak keraguan tentang jenis perdagangan tersebut (forex trading), melibatkan individu yang menggunakan internet dengan absenya kepastian hasil," lapor Bernama.
"Sebuah studi oleh komite menemukan bahwa perdagangan tersebut melibatkan spekulasi mata uang, yang bertentangan dengan hukum Islam," kata dia.
Seorang pejabat dewan menegaskan keputusan itu kepada AFP tapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Islam meletakkan kode etik yang ketat untuk bisnis yang melarang spekulasi dan riba.
Pemeluk Islam di Malaysia dipandang lebih moderat daripada di sebagian besar Muslim dunia.
Sekitar 60 persen dari 28 juta penduduknya adalah Muslim dan tetap tunduk pada hukum Islam dalam urusan sipil.
Pada 2008, Dewan Fatwa Nasional juga mengeluarkan larangan terhadap yoga bagi umat Islam yang dipandang kontroversial. Alasan ulama, yoga bisa mengikis iman mereka.
Fatwa itu sempat memicu kegemparan dari muslim moderat, yang mendorong Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi turun tangan.
PM mengatakan umat Islam bisa melakukan yoga selama tidak memiliki elemen spiritual Hindu.
Spekulasi dan riba
Menurut Dewan Fatwa Nasional Malaysia, perdagangan valas oleh money changer atau antar bank masih diperbolehkan, namun perdagangan valas individu dinilai bisa menimbulkan kekacauan pada keyakinan.
"Ada banyak perdebatan tentang itu (forex trading) dan itu melibatkan individu-individu yang menggunakan internet dengan akibat yang tidak pasti," ujar chairman Dewan Fatwa Nasional, Abdul Shukor Husin sebagaimana dikutip dari AFP, Kamis (16/2).
"Sebuah studi oleh komite menemukan bahwa perdagangan tersebut melibatkan spekulasi mata uang yang kontradiksi dengan ajaran Islam," tambahnya.
Pejabat Dewan yang dikonfirmasi lebih lanjut mengenai aturan tersebut tidak memberikan detail. Yang pasti, ajaran Islam melarang adanya spekulasi dan riba.
MUI bertahan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan tidak akan ikut-ikutan mengubah fatwa perdagangan valuta asing (valas) menjadi haram seluruhnya seperti yang dilakukan Malaysia. MUI sudah punya fatwa sendiri dan tidak akan diubah.
Menurut Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanudin, ada empat jenis transaksi valas di Indonesia, tiga diantaranya masuk kategori haram. Sementara satu lainnya masih diperbolehkan.
"Kalau Malaysia mau bikin fatwa seluruhnya haram, itu urusan mereka, karena masing-masing kan punya regulator sendiri. Kita sudah keluarkan fatwa dan tidak akan diubah," katanya ketika dihubungi detikFinance, Kamis (16/2/2012).
Ia mengatakan, empat jenis transaksi valas yang sering dilakukan di Indonesia adalah transaksi spot, forward, swap dan option. Tiga yang terakhir diharamkan oleh MUI.
Sehingga yang diperbolehkan oleh MUI adalah perdagangan valas di pasar spot saja.
Transksi spot tidak masuk kategori haram karena merupakan transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.
"Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional," ujarnya.
Sedangkan ketiga transaksi lainnya mengandung unsur spekulasi harga sehingga diharamkan oleh MUI.
Pada dasarnya, ada beberapa hal dalam transaksi valas yang diperbolehkan.
Hal-hal tersebut antara lain tidak untuk spekulasi (untung-untungan), ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan), apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh) dan apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai. (Surau.net)