Hadits tentang Berbaik Sangka Kepada Allah
Dari Abu Hurairah ra. Berkata, bersabda Rasulullah saw. : Allah berfirman : “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku, dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku; jika ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam lintasan pikirannya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam pikirannya kebaikan darinya (amal-amalnya); dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka aku akan mendekatkannya kepada-ku sedepa; dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berlari. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Kedudukan Hadits
Hadits ini terdapat dalam Shahihul Jami’ Nomor 4316. Hadits ini adalah hadits qudsi artinya hadits yang maknanya dari Allah swt., sedangkan redaksinya dari Nabi saw. Meskipun demikian seluruh perkataan, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad saw. pun tak lepas dari arahan dan bimbingan dari Allah swt. Allah berfirman dalam Surah An-Najm ayat 3:
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.”
Makna dan Kandungan Hadits :
1. Keharusan berbaik sangka kepada Allah
Manusia wajib berbaik sangka kepada Allah apa pun keadaannya. Allah akan berbuat terhadap hamba-Nya sesuai persangkaannya. Jika hamba itu bersangka baik, maka Allah akan memberikan keputusan yang baik untuknya. Jika hamba itu berburuk sangka, maka berarti ia telah menghendaki keputusan yang buruk dari Allah untuknya. Allah tidak akan menyia-nyiakan harapan hambanya yang berbaik sangka kepada-Nya. Karena itu manusia harus yakin bahwa Allah pasti akan mengabulkan doanya ketika berdoa, ia harus yakin bahwa taubatnya akan diampuni ketika memohon ampunan dan yakin bahwa akan diterima amalnya dan mendapat balasan ketika ia beramal baik. Rasulullah saw. bersabda:
????? ???? ????? ????? ?????? ???????? . ???? ???????
Berdoalah kepada Allah disertai keyakinan bahwa doa itu akan diterima-Nya (hadits riwayat Tirmidzi).
Berbaik sangka kepada Allah atas segala takdir yang diberikan kepada kita juga merupakan konsekuensi dari tauhid. Sebab tauhid merupakan pondasi dari ilmu yang dengannya kita mengetahui rahmat Allah, kehendak-Nya dan kebaikan-Nya.
Seorang hamba yang bijak adalah mereka yang senantiasa berbaik sangka kepada Allah dalam setiap keadaan. Jika ia diberi kenikmatan, ia merasa bahwa hal ini adalah karunia dari Allah. Ia tidak merasa dimuliakan dengan kenikmatan duniawi tersebut. Jika ia diuji dengan penderitaan atau kekurangan, ia merasa bahwa Allah sedang mengujinya agar ia dapat meraih tempat yang mulia. Ia tidak berburuk sangka dengan menganggap Allah tidak adil atau Allah telah menghinakannya.
2. Pahala dari Allah untuk orang-orang yang mengingat-Nya
(dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku), artinya penegasan dari Allah yang disampaikan secara khusus kepada orang-orang senantiasa mengingat-Nya, bahwa mereka akan senantiasa mendapat taufiq, pengarahan dan penjagaan dari-Nya.
3. Buah dari Berbaik sangka kepada Allah
(dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka aku akan mendekatkannya kepada-ku sedepa), kalimat ini semua menunjukkan sifat fi’liyah Allah Azza wa Jalla. Imam Nawawi berpendapat mengenai lafal tersebut: “Buah berprasangka baik kepada Allah adalah Allah dengan segera memberikan jalan yang terbaik untuk hambanya dan Allah bersegera memantapkan perilaku hamba-Nya untuk melaksanakan ketaatan kepada-Nya.”
4. Indikator Mendekatkan Diri Kepada Allah
Mendekatkan diri kepada Allah, dapat diukur oleh seorang hamba-Nya di antaranya melalui dua indikator :
a. taqarrabnya seorang yang berdoa yaitu dengan dikabulkannya doa tersebut, ia bersyukur dengan memenuhi secara optimal segala perintah-Nya. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 186:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
b. Taqarrabnya seorang ahli ibadah yaitu dengan kemantapan hatinya dari berpaling mengingat kepada-nya karena terpengaruh ajakan setan atau pun seruan dan propaganda orang yang memusuhi Islam. Allah berfirman dalam Surah Al-‘Alaq ayat 19 :
sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)
0 komentar:
Posting Komentar